Thursday, February 14, 2013

KEJADIAN DI BANDARA JUANDA

KEJADIAN DI BANDARA JUANDA


Walau tidur tidak tenang dan dengan badan yang keringetan sepanjang malam, tetap saja kita berdua harus bangun pukul 04.00 untuk persiapan dan berangkat ke Bandara Juanda.
Waktu itu juga saya belum cari-cari taksi untuk menuju kesana, tapi kebetulannn banget di depan hotel ada taksi yang mangkal. *walaupun banyak juga sih taksi-taksi gelap dengan mobil avanza yang dari malem udah nawarin jasa antar ke Bandara Rp. 40.000-50.000, tapi ternyata setelah di cek dengan taksi resmi, harga taksi gelap lebih mahal. Jadi kita lebih milih taksi resmi saja Rp. 35.000, dari Hotel Menara Suci-Bandara Juanda.
Sampai di Bandara ternyata udah penuh banget dengan orang-orang yang hendak berpergian. Langsung saya menuju ke tempat pembayaran fiskal (karena waktu itu saya sudah mencetak tiket boarding di dari Surabaya-Bandung di Bandung), dan disana sudah tertera harga fiskal Rp. 40.000, jadi begitu masuk antrian saya langsung menyiapkan uang Rp. 80.000 untuk 2 orang, tidak lupa juga saya menyerahkan boarding pass, KTP atas nama saya dan fotokopian KTP a/n Ixxx.
Mba di loketnya begitu melihat uang dan segalanya sudah siap, langsung mencetak stiker fiskal dan menempelkannya di boarding pass, tapiiiiii, begitu hendak memberikannya ke saya, dia langsung tersadar dan bilang “Lohh, ini kok yang 1 cuma fotokopian?” seperti biasa Iis bilang “Maaf mba, KTP aslinya sedang dipakai untuk e-KTP.” Mbanya bilang lagi “lahh, kalau gitu ini barang-barangnya ngga bisa masuk ke bagasi dan ngga bisa terbang, lebih baik ade cari dulu aja KTP aslinya.” Sambil kasi boarding pas yang sudah ditempel stiker fiskal dan KTP. Haha... saya langsung mikir, kalau dah dikasih boarding pas dan stiker fiskal, berarti dah bisa terbang dong. Hahahaha... kalau gitu, ga apa-apa dongg kalau tas-tas kami ngga masuk ke bagasi. Hahahaha... saya langsung mikir... Puji Tuhan jadi bisa terbang balik ke bandung juga tuh si Iis. Hehehehe..
*coba deh kalau pas mau bayar fiskal kita ngga langsung kasi uangnya, kayaknya stiker fiskalnya juga ngga akan di print sama mbanya, dan ujung-ujungnya Iis beneran ngga boleh terbang. Haduhh... nyaris banget yahhh...
Sambil deg-degan akhirnya kita masuk ke ruang tunggu pesawat, dan ngga lama kemudian ada panggilan “Penumpang Air Asia tujuan Bandung dengan nomor pasawat XXXX harap segera masuk ke pesawat...” akhirnya kita masuk deh ke pesawat dengan perasaan yang agak tenang dan senang.
Kesimpulannya, liburan kali ini adalah liburan yang sangan menyenangkan, menegangkan, seru dan sangat berkesan buat saya, pastinya buat Iis juga. Hehehe.. Semenjak liburan ini saya jadi selalu berusaha mencoba bersyukur atas segala yang diberi kan Tuhan kepada saya. Hehe...
sekian dulu yah cerita tentang liburan saya kali ini, lain kali kalau saya liburan lagi, bakalan terus bikin blog, biar kalian yang membaca bisa sama-sama menikmati seolah-olah kalian juga ikut pergi liburan bersama saya. ^^

HARI KEDUA DI SURABAYA

HARI KEDUA DI SURABAYA

Sebelum membahas tentang hari kedua kami di Surabaya, ada yang tau ngga kata Surabaya berasal dari kata apa?
Hehe... saya kasi tau aja yah sekalian. Ada pendapat mengenai asal kata Surabaya, bahwa Surabaya berasal dari kata Suro yang berarti hiu (ikan hiu) dan Boyo yang berarti buaya. Jadi hiu dan buaya saat ini yang menjadi landmark kota Surabaya.


 
Hari kedua di Surabaya, Mas Fendi yang baik hati sudah memesankan tiket untuk berkeliling kota Surabaya melalui program House of Sampoerna, yang diadakan setiap pukul 09.00 setiap harinya. Sedikit informasi kalau House of Sampoerna menyelenggarakan semacam program pengabdian kepada masyarakat dengan menyediakan tour keliling kota Surabaya secara GRATIS! Tapi untuk mengikuti tour ini, kita harus melakukan reservasi terlebih dahulu. Dan Mas Fendi sudah memesan tiket sejak 3 hari sebelumnya.
Melalui tour dari House of Sampoerna kita di ajak jalan-jalan keliling kota dengan tujuan yang biasanya berbeda-beda. Kali ini kita berkeliling melalui kota tua, sekali lagi melewati Jembatan Merah, lalu kami semua berhenti di Kelenteng Hok An Kiong, dimana Kelenteng ini merupakan kelenteng tertua di Surabaya yang dibangun tahun 1830. Di kelenteng ini kita singgah sekitar 15 menit untuk berfoto dan melihat-lihat. Lalu dari sana kami semua melanjutkan tour dengan mengunjungi Pasar Atom. Waktu itu di bus, Mba tour Guide bilang kalau Pasar Atom ini dulu yang datang hanya orang-orang kaya saja karena di pasar ini hanya menjual barang-barang yang terbuat dari atom. Karena Mas Fendi duduk jauh dari kami berdua (waktu itu tempatnya penuh dengan ibu-ibu dan anak-anak TK yang sedang melakukan tour bersama kami), Lalu saya dan iis mulai bertanya-tanya, apa yah yang dimaksud dengan atom?? Hehe.. setelah kami turun dan bertanya ke Mas Fendi, barulah kami tahu bahwa yang dimaksud dengan atom adalah barang-barang yang terbuat dari besi atau seng. Jadi yang termasuk dengan barang-barang atom itu seperti panci, katel dll.. ooohhh baru tahu saya...

Di Pasar Atom kami diijinkan berkeliling selama kurang lebih 20 menit. Begitu masuk Pasar Atom berhubung masih pagi, kami hanya melihat toko-toko yang masih tutup atau baru buka saja. Hehe... tapi lumayan lah, kita jadi tau Pasar Atom tuh seperti apa. Ternyata Pasar Atom saat ini banyak menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari seperti pakaian, seprei, makanan, minuman, dan 1 lagi berhubung saat itu hanya selang beberapa hari menjelang hari raya imlek, maka disana cukup banyak juga yang menjual perlengkapan imlek, seperti lilin, angpao, dan hiasan-hiasan imlek seperti (pohon sakura imitasi, gantungan-gantungan berwarna merah dll).
Tak terasa waktu kunjungan di Pasar Atom sudah habis, kami semua bergegas ke bus dan kembali ke camp pertama, yaitu House of Sampoerna. Tournya belum selesai sampai sini saja, karena Sampoerna juga menyediakan tour untuk melihat museum rokok sampoerna dan proses pembuatan rokok Dji Sam Soe. Disana kita bisa melihat foto-foto para pendiri dan direktur PT. Sampoerna dari dulu sampai saat ini, ada juga sepeda dan motor jadoel yang di pakai pendirinya pada waktu itu, peralatan-peralatan yang digunakan untuk membuat rokok. Di lantai 2, kami semua dapat melihat proses pembuatan rokok yang keren bangettt. Disana terdapat lebih dari 400orang terampil  yang sedang membuat rokok (tak tanggung-tanggung mereka semua dapat mengerjakan >300batang rokok dalam sehari; pada bagian yang membungkus rokok, mereka dapat mengepak rokok isi 12 batang hanya dalam waktu 12 detik saja!!). Betul-betul kemampuan yang mengagumkan!
Dari awal saya selalu bilang kalau Hotel Sparkling Backpacker dekat dengan Monumen Kapal Selam kan? Tapi kalian pasti terheran-heran, kapan kita ke monumennya? Katanya deket.. hehe... iya ngga?   

Hehehe... iya, setelah dari House of Sampoerna, baru kita melanjutkan perjalanan ke Monumen Kapal Selam karena waktunya mepet banget, jadi kita baru sempat datang kesana. Disana kita harus membeli tiket seharga Rp. 5000. Langsung deh kita masuk ke kapal selam yang berwarna biru laut (bagian atas) dan hitam (bagian bawah) itu. Woooww... baru pertama kali saya masuk ke sebuah kapal selam. Bentuk dari luarnya sih gede banget, ternyata di bagian dalamnya sempit banget. Rauangan kapal selamnya itu lebih banyak diisi oleh mesin-mesin yang jelas saya ngga tau untuk apa, ada juga kasur-kasur seukuran badan laki-laki dewasa untuk tempat tidur para prajurit, ada ruangan milik kapten yang juga sangat kecil, rudal, Oya yang menurut saya sangat menarik adalah periskopnya (kalau kata Mas Fendi sih biasanya bisa buat liat keluar, bisa liat mobil-mobil yang lewat) yang sayangnya kali ini saya kurang beruntung karena ngga keliatan apa-apa. Hehe.. disana saya menyusuri ruangan demi ruangan sampai akhirnya menemui pintu keluar, lalu kita semua turun, dan barulah kita semua foto-foto dengan kapal selam secara keseluruhan. Hehe..


Dari Monumen Kapal Selam, tanpa menyia-nyiakan waktu kami semua langsung menuju ke tempat wisata selanjutnya yaitu Pagoda di Kanjeran Park. Pagoda ini termasuk pagoda terbesar di Indonesia (Kalau yang tertingginya ada di Semarang namanya Pagoda Watugong). Kalau yang sudah pernah melihat Pagoda di China yang namanya Tian Tan, kalian pasti bakalan nyadar kalau bangunannya mirip banget. Pagoda di Surabaya ini, benar-benar megah, tapi sayang sepertinya kurang terawat, karena banyak sekali rumput liarnya. Mungkin karena besarnya Kanjeran Park dan kurangnya petugas kebersihan yang bertugas disana.
Oya di Kanjeran Park ini juga kita bisa melihat hutan bakau yang banyak didatangi burung camar warnanya putih, bagus deh, lumayan buat nongkrong-nongkrong, karena sambil melihat keindahan pohon bakau dan camarnya, kita juga bisa sambil makan es kelapa yang dingin dan nikmat ditemani dengan makanan khas daerah sana namanya lontong kupang (lontong yang disiram dengan kuah petis+taburan daging kerang kecil-kecil yang banyak banget) dan sate kerang (kerang yang dimasak dengan kecap manis dan ditusuk-tusuk seperti sate, rasanya manis, pedas dan gurih) nyam-nyammmmm beneran  enak nih makanannya... hehehe..
Ngga kerasa waktunya dah agak sore juga, jadi kita langsung cao ke tempat souvenir khas Surabaya, nama tokonya MIROTA. Disana banyak dijual patung-patungan, dari berbentuk wayang, orang negro, ikon khas Surabaya (hiu dan buaya), ada juga gelang, gantungan kunci, sampai tas juga baju dan kain batik. Tidak lupa juga di Toko Mirota ini dijual miniatur pecut khas Madura (yang kemarin saya pingin sekali beli)  dengan harga terjangkau hanya Rp. 4000 saja. Hehehe.. Di toko Mirota saking asiknya kami lihat-lihat tak terasa sudah jam 16.00 lagi.

Berhubung saya dan Iis memutuskan untuk pindah hotel (tidak lagi di Hotel Sparkling Backpacker) ke hotel yang lebih dekat dengan Bandara Juanda, jadi dari Toko Mirota, saya, Iis dan Mas Fendi bergegas ke daerah sekitar Bandara. Jujur saja disana kami belum punya alternatif hotel sama sekali. Setelah berkeliling ternyata ada hotel baru dan bagus namanya Sinar Hotel, langsung saja saya dan Iis segera turun dari mobil dan menayakan tarif hotel per malam, heee... ternyata harganya mahal banget (menurut kita sihhh).. permalamnya Rp. 389.000.. Biasanya kan kita nyari hotelnya yang Rp. 100.000-150.000. hehe... maklum budgetnya sedikit.
Jadi kami berkeliling lagi cari hotel dengan harga terjangkau... setelah sekian lama, akhirnya di dekat pintu gerbang TNI AU ada banyak banget hotel, sekitar 6 hotel berderet disana.. setelah pilih-pilih, akhirnya saya dan Iis memutuskan untuk menginap di Hotel Menara Suci, alasannya hotel ini adalah hotel yang paling besar dibandingkan dengan yang lainnya, selain itu juga hotel ini melayani pemberangkatan jamaah haji dan juga jasa tour dan travel. *jadi keliatannya meyakinkan banget..
Oya ngga lupa juga saya dan Iis pamitan dengan Mas Fendi karena sudah meluangkan waktunya untuk jalan-jalan bersama kita. Kalau ngga ditemenin, ngga tau deh gimana cara jalan-jalannya soalnya di Surabaya kan mau kemana-mana jauuuhhh banget, apalagi buat kita yang baru pertama kali datang kesana (pasti bingung dehh...).  MAKASIH SEKALI LAGI YAH MASSSS....

Walaupun lebih besar dibanding dengan hotel-hotel lain disekitarnya, hotel ini mematok tarif yang murah dan terjangkau. Kamar standar hanya Rp. 90.000 saja, sedangkan kamar standar+ yang saya pilih hanya Rp. 100.000 dengan kamar madi luar dan kipas angin. Tempat tidurnya juga sangat luas dan nyaman karena terdiri dari ranjang bertingkat, dibagian bawah ranjang ukuran king, diatasnya ranjang ukuran queen. Hehehe..
Lumayanlah bisa tidur walaupun dengan keringat yang tetap mengalir deras. Soalnya kamarnya puanaaassss sekali walaupun pakai kipas angin. Hehehe... (padahal baru bisa ketawa setelah sampai Bandung)
*sekalian ngasih tau juga, di sekitar hotel ini ada yang jual buah-buahan harganya murah banget. Waktu itu kami iseng-iseng tanya harga buah naga, ternyata hanya Rp. 15.000/kg. Hehe... akhirnya saya beli buah naga 2kg dan iis beli buah naganya 1kg. Lumayan, soalnya kalau di Bandung harga buah naga bisa mencapai Rp. 15.000/buah. Hehehe..

SURABAYA

SURABAYA


Yessss.. akhirnya sampe di Surabaya. Tentunya tuh bus berenti di Terminal Bungurasih. Karena ngga mau nyasar, seperti biasa, saya tanya tanya ke orang sekitar gimana caranya sampai ke Hotel Sparkling Backpacker di Jalan Kayun No. 2A (waktu itu dah cari-cari di internet).
Alasan saya menginap di Hotel Sparkling Backpacker itu karena selain setelah cari di internet harganya cukup terjangkau, cuma  Rp. 125.000/malam, dah gitu saya juga tanya-tanya ke teman, kalau ke Surabaya enaknya nginep di jalan apa? Pas saya kasih alternatif nama hotel dan dan alamatnya dia kekeuh ngerekomendasiin hotelnya yang di Jalan Kayun itu. Alasannya waktu itu karena lokasinya yang dekat kota. Dan akhirnya, saya juga memutuskan untuki meningap di Hotel Sparkling Backpacker itu karena lokasinya juga dekat dengan salah satu tempat wisata yang ingin saya tuju, yaitu Monumen Kapal Selam (Singk: Monkasel).
Ceritanya kembali lagi yah ke Terminal Bungurasih.. Hehe..  Awalnya saya udah smsan sama temen, dan dia kasih saya alternatif angkot dll untuk sampai di Jalan Kayun:
 Katanya sih kalau dari Terminal Bungurasih mau ke Jalan Kayun, pilihannya gini:
1.       Naik angkot P/T2
2.       Naik damri Jurusan Perak via Darmo (P1), turun di TP nyebrangà naik E Turun di Grand Cityànyebrang, terus jalan ke kayun
3.       Keluar dari Bungurasih, nyebrang ke Shelter KomuteràNaik Komuteràturun di GubengàJalan dikit ke Kayun
Pada waktu itu saya lebih milih alternatif ketiga dengan alasan keliatannya lebih gampang dan masuk akal. Hahaha.. Tapi ternyata pas saya sampai di Terminal Bungurasih dan tanya-tanya dimana shelter komuter, malah ngga ada yang tau. Setiap nanya dimana shelter komuter, dia malah balik nanya “Mau kemana de?” terpaksa saya jawab “Mau ke Jalan Kayun.”  Terus dijawabnya “Ooh, mau ke Jalan Kayun, jalan lurus aja terus nanti di depan ada terminal bus dalam kota.” Karena waktu itu ribet banget dan keliatannya lebih susah kalau malah cari shelter komuter, jadi kami lebih milih ikut si emang-emang yang saya tanya aja.
Akhirnya sampai deh kita di Terminal bus dalam kota. Wuihhhhhh... disana banyak banget calo-calo bus yang berkeliaran dan dengan agak brutal nanya-nanya mau kemana. Waktu itu saya milih diem aja (biasa, pasang muka lempeng) sampai akhirnya datang petugas berbaju biru, baru deh ketika dia nanya mau kemana, saya jawab mau ke Jalan Kayun. Terus, dia langsung nunjukin “ooh kalau mau ke Jalan Kayun naik bus P6 aja!” Dalam hati saya mikir, wehhhh kok beda lagi sama yang ditunuk oleh temen saya waktu itu..
Tapi berhubung keadaan udah terdesak (banyak calo yang tetep tanya-tanya terus maksudnya) dan agak-agak serem, akhirnya saya milih ikut aja sama si petugas berbaju biru itu dan naik ke bus P6. Jujur aja waktu itu sedikit deg-degan juga. Hehe.. Tapi ya sudahlah daripada cari yang lain atau diem aja, nanti malah ngga naympe-nyampe ke hotel.
Setelah nunggu agak lama, sekitar 20menit (karena nunggu busnya penuh), akhirnya tuh bus jalan juga. Hasil nanya-nanya sama supir bus, katanya sih turunnya di Terminal Joyoboyo.
Ngengggggg... Busnya jalan sampai keluar terminal dengan pelan. Kirain setelah keluar terminal busnya bakalan melaju dengan cepat. Taunya tuh bus jalannya pelan dan dipinggir bangetttt... aduh, gemes dehhh! Kaya siput!! Mana setiap ada orang diem di trotoar bus pake berenti dulu lagi, padahal ngga mau naek. Capedehhh...
Akhirnya setelah sekitar 20menitan (padahal kayanya kalau naek mobil pribadi kayanya cukup 10 menit) kita disuruh berdiri karena udah deket sama Terminal Joyoboyo itu, eehhh pas siap-siap mau turun taunya banyak banget yang mau masuk! Aduh aduhhhh!!  Jadi susah deh turunnya, mana kita berdua bawa tasnya masing-masing 2 lagi. Tapi ya udah lah yah (siapa suru naik bus kota). Akhirnya dengan semangat  ’45 kita keluar bus. Disana udah banyak angkot yang lagi ngetem.  Kita deketin n nanya-nanya “kalau mau ke Kayun naik angkot apa yah pa? Yang ini bisa?” sampai akhirnya kita ditunjukin kalau mau ke kayun naik angkot N aja (angkotnya warna hitam), naik deh kita ke angkotnya.
Ternyata beneran nih angkot lewat Jalan Kayun. Katanya sih kalau Hotel Sparkling Backpacker selain deket sama Monkasel, deket juga sama stasun kereta api. Jadi Iis dengan pintarnya nanya ke penumpang angkot yang lain. “Bu, ini udah Jalan Kayun yah?” jawab si ibu “Iya, ade mau kemana?” Iis jawab lagi “Mau ke stasiun kereta api bu.” Kata ibunya lagi “ ooh mau ke kereta api, sebentar lagi turun, tinggal belok kiri, bla bla bla....” ibunya ngejelasin panjang lebar...
Kita turun deh di pertigaan ujung Jalan Kayun, Saat itu waktu menunjukkan sekitar pukul 16.30. Ternyata pas diliat langsung keliatan Hotelnya (Hotel Sparkling Backpacker yang selama ini kita cari-cari). Horeee..
Karena udah lumayan cape, tanpa buang waktu kita langsung datang ke resepsionis. Tadinya sih mau pesen hotel yang standard biasa aja dengan harga Rp. 110.000/malam, tapi karena habis kita akhirnya dapet yang standard+ dengan harga Rp. 125.000/malam, dapet kamar berAC, makan pagi dan kamar mandi di luar.  
Kalau dijabarin, hotelnya ini berupa ruko, dan kalau diliat sekilas, dari depan sih tampak meyakinkan banget, resepsionisnya ramah, ada brosur fotokopian dll, tapi pas kita masuk kedalemnya wengggg.. wenggg...  banyak banget barang-barang bertebaran! Barangnya nggak tanggung-tanggung! Ada lemari rusak, ada spring bed yang dibediriin 3 biji, ada pipa-pipa bertebaran, lantai keramik yang copot. Hihi... capedehh.. tapi berhubung katanya deket sama kota, hotelnya ber AC dan dapet makan pagi, ya udah, kita bikin asik aja.
Kita dapetnya di lantai 3 (jelas ngga ada lift lah yaa.. hihi..), sesampainya di depan kamar dan mulai buka pintu kamarnya. Wahhh.. saya kaget, gile, kamarnya gede bangettt... berbanding tebalik sama yang di bromo waktu itu. Tapi kekagetan saya bukan Cuma sampai situ aja, ternyata kamarnya panas banget (ternyata ACnya ngga jalan), di kasi lemari sihh, tapi ternyata lemarinya dah pada rusak dan ngga bisa ditutup, plafon di atas lemari juga udah pada copel-copel.. aduhhh...
Tapi berhubung si mba resepsionis bilang kamar standard+ yang saya tempati ini tinggal satu-satunya, jadi mau diapain lagi. Ga apa-apa deh (di engga apa-apain, padahal apa-apa... hikssss...). Daripada sedih terus, kita milih istirahat sebentar sambil nonton TV, hahahahahaha... ternyataaaa channel TVnya pada ngga ada semua. Kalaupun ada cuma 4 channel paling, itu juga banyak semutnya! Ya udah deh terima nasib aja.
Tapi untung aja jendela kamarnya bisa dibuka, walaupun tidurnya jadi agak berisik, tapi ada adem-ademnya lah dikit. Hehe..
Oya kalau di Surabaya, saya ada seorang teman kuliah, dia mau nemenin kita berdua jalan-jalan selama di Surabaya. Hahaha...
Jadi kesimpulannya backpackerannya cuma awalnya doang, belakang-belakangnya sih ditemenin. Hehe..
Yang nemenin kita tuh namanya Effendi Gozali, dipanggilnya Mas Fendi, saya kenal dia waktu kami kuliah S2 di UNPAD. Sebelum berangkat ke Surabaya, saya udah kontak-kontakan dulu biar lebih pasti. Yah, walaupun namanya udah bukan backpacker lagi, tapi seengganya saya udah ngambil salah satu prinsip seorang backpacker. Yang katanya harus cari jaringan pertemanan sebanyak mungkin. Hehehe... lagi-lagi *pembenaran.com
Saya, Iis dan Mas Fendi udah bikin janji ketemuan buat keliling-keliling Surabaya sekitar pukul  19.00 di salah satu mall bernama Plaza Surabaya, karena saya dan Iis udah beres siap-siap dari jam setengah tujuh, akhirnya kita berdua langsung meluncur ke Mall yang dimaksud.
Singkat cerita, akhirnya kita ketemu sama Mas Fendi sekitar jam 8an (karena katanya sih macet). Dari Mall itu, kita langsung memutuskan untuk makan malam rekomendasi Mas Fendi. Nama tempat makannya SEGO SAMBAL. Katanya sih terkenal buat tempat nongkrong dan makanannya pun enak. Pas sampai sana bener aja tempat makannya penuhhh banget, padahal tempat makannya biasa aja. Cuma di trotoar biasa, dikasi tikar. Tapi karena banyak banget anak muda yang pada makan disana, tempat makannya jadi panjang sampai-sampai mengambil trotoar rumah orang lain. Sambil iis duduk ngetek tempat buat kita makan, saya dan Mas fendi pesen makanan. Ternyata makanannya berupa bermacam-macam ikan (sekitar 5 macam ikan), tempe (kalau pesan nasi pasti dikasi tempe 2 potong), telur dadar, tempe mendoan dan sambal (menarik bangetttt)!!
*dinamakan sego sambal, karena dari kata sego artinya nasi dan sambal, jadi artinya nasi sambal. Sambalnya itu berupa sambal terasi+tomat berwarna merah. Namanya juga sego sambal, sampe-sampe si mba bikin sambalnya ngga berenti berenti.. hehe...
Saya dan Iis akhirnya  disamakan makannya, yaitu nasi+tempe goreng, ikan lele dan telur dadar. Hehe.. Kalau Mas Fendi karena vegetarian, makannya Cuma sama nasi+tempe, tempe mendoan dan telur dadar. Ngga lupa semuanya PLUS SAMBAL tentunya.
Pas dicoba hmmmmm... ternyata enak  banget.. Buat yang suka pedas kaya saya sih rasanya mantep dehh.. Nyam nyammmmm... *pengen nambah, tapi malu juga... hahaha... Ngga salah deh Mas Fendi ngajak makan disana. Hehe..
Ok, setelah makan Mas Fendi ngajak saya langsung menuju Jembatan Suramadu (sebenernya saya sih yang pengen dari awal). Kita memutuskan kesana malam-malam karena katanya lampu sepanjang jembatannya bagus banget buat jadi obyek foto. Sekitar 20 menit perjalanan sampai kita di jembatan madu tercinta yang ternyata lampunya lagi padem. Yaaaaa.... cape-cape datang ke sana, mana pake mobilnya Mas Fendi lagi, mana Mas Fendi yang nyetir lagi.. lampunya pake ngga nyala lagi! Dasar!
Akhirnya daripada meratapi nasib, kita lanjut jalan lagi. Mas Fendi ngajak nyebrang Jembatan Suramadu, yah namanya Suramadu, kita nyebrangnya ke Madura lahh... hehehe... Saking gede n panjangnya tuh jembatan jujur aja sampe ngga kerasa kita ada dijembatan dan diatas laut.. hehe... sama aja kaya kita masuk tol pada umumnya. Coba aja kalau lautnya keliatan, pasti lebih indah, karena gelap banget ya udah kaya jalan tol biasa akhirnya.
Masuk Tol Suramadu kita harus bayar Rp. 30.000, penasaran juga sih sebenernya madura kaya apa. Hehe.. Pas udah keluar tol, ternyata begitu masuk ke Madura bentuk kotanya ngga keliatan. Yang keliatan cuma kaya hutan-hutan aja. Jujur aja saya kaget, kirain Pulau Madura tuh udah maju banget sampai dibikin Tol Suramadu. Dalam hati saya mikir, pasti dibikin tol karena pemerintah berharap dapat membangun kawasan disekitar Surabaya, khususnya Pulau Madura. *Semoga saja hal ini dapat terwujud yahh, biar pembangunan di Indonesia semakin merata, bukan hanya di kota-kota besar saja, tapi sampai ke seluruh wilayah di Indonesia.
Oya begitu keluar tol Suramadu, memasuki wilyah Madura maksudnya, disana banyak sekali yang menjual oleh-oleh khas Madura. Tapi waktu itu Mas Fendi bilang di daerah situ sangat berbahaya kalau kita berhenti dan turun dari mobil, apalagi sampai membeli souvenir. Maklum di belakang kios-kios penjual souvenir itu keadaannya gelap dan berupa hutan-hutan. Padahal mas Fendi bilang oleh-oleh khas madura berupa miniatur celurit dan pecut, dan saya dan Iis sangat tertarik membeli itu untuk oleh-oleh. Tapi daripada kerampokan, meningan ga usah dehh..
Perjalanan pulang ke Surabaya dari madura, ternyata ada salah satu tiang jembatan yang nyala oleh lampu warna-warni. Cukup bagus, dan seengganya kalau difoto bisa menandakan kalau saya dan Iis benar-benar pernah melewati jembatan itu. Jadi mas Fendi mengajak kami berdua untuk berhenti sebentar untuk berfoto di depan tiang jembatan itu. Sebenernya ngga disarankan sih, karena selain cukup berbahaya berdiri di pinggir tol, kita juga bisa ditangkap polisi yang sedang berpatroli atau dikejar bandit/perampok-perampok yang berkeliaran disekitar tol. Tapi karena kita agak-agak bandel, dan mas Fendi bilang ga apa-apa kalau cuma sebentar. Akhirnya beneran cuma sebentar, paling 1 menit buru-buru foto, terus naik lagi ke mobil. Hehe... *beneran tegang lohhh
Tidak cukup ke Jembatan Suramadu saja, walaupun hari sudah malam Mas Fendi tetap mengajak keliling kota Surabaya di malam hari sambil jalan pulang. Waktu itu kita melewati kota lama Surabaya, Jembatan Merah, sampai akhirnya kita memutuskan untuk berhenti di depan salah satu hotel terkenal yang menjadi Landmark Kota Surabaya pada saat perjuangan melawan Belanda. Hayooo apa namanya???
Yaaa benar, namanya Hotel Majapahit. Diatas Hotel Majapahit waktu itu terjadi perobekan Bendera Belanda menjadi bendera Merah Putih. Ngeliat keatas atap Hotel Majapahit itu memang ada tiang bendera dan benderanya (walaupun sudah bukan asli lagi, tapi kebayang kerennya perjuangan rakyat Indonesia pada waktu itu) keliatan gagah berdiri.
Setelah dari Hotel Majapahit yang terkenal itu, akhirnya kita memutuskan kembali ke hotel. Karena waktu itu jam sudah menunjukkan pukul 23.00.
*Berhubung kita berdua udah kecapean dan udah mandi tentunya... hehe... akhirnya kita tidur, walaupun kamarnya panas, tapi jadi ngga terlalu kerasa.. hehe.. *agak boong dikit

AKHIR PERJALANAN BROMO YANG MENYENANGKAN

AKHIR PERJALANAN BROMO YANG MENYENANGKAN

Kita semua kembali ke hotel , lalu tentunya siap-siap menuju Surabaya. Bingung juga saya, gimana nih cara pulang kalau belum ada bisonnya?! Akhirnya kita berdua, saya dan Iis pergi mencari bison yang akan berangkat. Kebetulan di seberang hotel ada bapak-bapak yang lagi ngerokok. terus kita tanya, ternyata tinggal turun dari hotel memang ada banyak bison yang sedang ngantri dan ngetem. Tinggal bikin janji sama si supirnya, terus udah deh tinggal nunggu elfnya penuh dan berangkat.
Oya, dari Probolinggo menuju Surabaya dengan terburu-buru saya menuju ke dalam terminal, kebetulan banget saat itu ada bus menuju Surabaya yang akan berangkat. Begitu saya lihat ternyata nama busnya AKAS.. ternyata bus AKAS didalamnya lebih bagus dibanding bus MILA, di dalam busnya lebih bersih dan dengan AC yang lebih dingin. Hehehe.. Masih belum selesai! Pas saya mau bayar dan bertanya ke kondektur bus, heeeee..... ternyata harga tiket bus AKAS dari Probolinggo ke Surabaya Cuma Rp. 14.000!!!!
Jadi buat pelajaran kita semua, kalau ke Probolinggo dari Surabaya dan sebaliknya meningan naik bus AKAS aja. Harganya lebih murah dan lebih nyaman!
Buat kalian-kalian yang lagi siapin mental atau yang uda rencana pergi backpackeran ke Bromo, meningan jangan di tunda deh. Kalau kata acara televisi Nat Geo: Let’s Get Lost! Tapi tenang aja ngga akan nyasar kok kalau kita berani nanya dan mau kenalan sama orang lain di perjalanan. Hehehe..
Sekian dulu yah cerita tentang perjalanan saya dari Bandung ke Bromo sampai ke Surabaya, nanti di lanjut lagi dengan cerita perjalanan seru lainnya di Surabaya dari tinggal di hotel yang atap plafonnya lepas-lepas, jalan-jalan yang seru dan menyenangkan  di Surabaya, ketegangan yang terjadi di Bandara Juanda sampai kembali lagi Bandung.